Latar Belakang
Tan Sri Anthony Francis Fernandes juga dikenali sebagai
Tony Fernandes ialah seorang usahawan dari Malaysia. Beliau merupakan pengasas
"Tune Air Sdn Bhd", yang memperkenalkan penerbangan tambang murah
kepada penduduk Malaysia dengan slogannya, "Semua mampu naik kapal
terbang". Beliau dilahirkan pada 30 April 1964 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Beliau dilahirkan dalam keluarga campuran Portugis Goa(India) dan
Portugis Melaka. Bapa beliau bernama Dr. Stephen Edward Fernandes dan Ibu
beliau bernama Ena Dorothy Fernandez.
Tony Fernandes
mengasaskan Tune Air Sdn Bhd pada tahun 2001, dengan wawasan untuk menjadikan
perjalanan udara lebih mampu kepada rakyat Malaysia. Dengan itu dalam fikiran,
Tony tiga orang dan rakan-rakan beliau yang telah membelikan AirAsia dari
pemilik DRB-Hicom. Projek awal Tune Air kepada AirAsia merombak ke dalam
tambang yang rendah, tiada syarikat penerbangan tambang selepas syarikat penerbangan
tambang rendah yang berjaya seperti Southwest Airlines yang berpangkalan di AS
dan berasaskan Dublin Ryanair dan mewujudkan produk penerbangan baru di
Malaysia. Di bawah kepimpinan Tony, syarikat penerbangan fledging dengan hutang RM40 juta menjadi perniagaan yang berkembang. Syarikat penerbangan itu dibayar balik semua hutang dan telah berada dalam kedudukan yang menguntungkan dari hari pertama operasi. Dalam kurang dari 3 tahun, AirAsia meningkatkan dari 2 Boeing sederhana 737-300 kepada 30 dan kini beroperasi lebih 100 penerbangan domestik dan antarabangsa setiap hari dari KLIA, Johor Bahru, Bangkok dan Jakarta.
Di bawah
sayap, AirAsia telah merevolusikan industri perjalanan udara di Malaysia dan
merintis fenomena kos rendah di Asia. Pada tahun 2004, AirAsia telah membentuk
usaha sama berjaya di Thailand dan Indonesia di mana AirAsia memegang 49%
kepentingan dalam kedua-dua syarikat. Thai Air Asia, usahasama dengan Shin
Corporation, telekomunikasi Thailand terbesar konglomerat, mengambil ke langit
pada Feb 2004 dan setakat ini telah memiliki lebih daripada 1 juta penumpang
dalam tahun pertama operasi. PT jpa, dilancarkan semula sebagai syarikat
penerbangan tambang rendah di Dis ke-8 2004 kini berkhidmat 5 destinasi
domestik di Indonesia.
tips kejayaan yang
telah dikongsikan oleh bos AirAsia :
·
Melakukan kerja-kerja yang dilakukan oleh staf. Melalui cara begini,
beliau dapat memahami dan mengesan cabaran dalam operasi syarikat.
·
Percaya setiap pekerja adalah aset kepada syarikat. Tidak kira di
bahagian mana mereka ditempatkan dan apa yang mereka lakukan, setiap dari
mereka adalah penggerak syarikat.
·
Menyerapkan budaya kuat dan cekap kerja di kalangan kakitangan sejak
hari pertama mereka menyertai pasukan.
·
Tony sendiri mendengar pandangan dan idea dari pekerja setiap bahagian
dan peringkat. Idea yang bagus dan hujah yang bernas oleh pekerja akan
diberikan perhatian.
·
Memberikan berbagai insentif kepada mereka yang cemerlang dalam
memberikan sumbangan kepada syarikat. Insentif bukan sahaja dalam bentuk wang
ringgit, pekerja yang bekerja bersungguh-sungguh walaupun memiliki kelulusan
yang rendah akan diberikan peluang untuk pengembangan karier mereka.
· Seorang usahawan
perlu sentiasa melihat dan memikirkan peluang untuk berkembang.
Tony Fernandes: AirAsia Sangat Kuat dan Sulit Dikalahkan
Pendiri sekaligus Chief Executive
Officer AirAsia Group, Tony Fernandes, tidak menganggap perusahaan
penerbangan patungan antara Lion Air dan National Aerospace and Defence
Industries (NADI), Malindo Air, yang didirikan di Malaysia sebagai
sebuah acaman. Bahkan untuk meyakinkannya, AirAsia menunjukkan kekuatan
keuangan perusahaan.
Dalam laman yang ditulis Business Recorder,
AirAsia mengaku memiliki anggaran terbesar di Asia dan memiliki neraca
keuangan yang sangat kuat. Tony Fernandes pun mengatakan, perusahaan
lain yang ingin bersaing dengan AirAsia perlu usaha yang sangat keras
untuk mewujudkannya.
“Kami berada di posisi yang sangat kuat.
Sulit bagi maskapai-maskapai lain atau pendatang baru untuk masuk ke
pasar-pasar kami,” katanya.
Sebelumnya, sejumlah analis mengatakan
bahwa AirAsia mulai terpojok dengan hadirnya Malindo Air yang menawarkan
penerbangan dengan harga kompetitif ditambah berbagai fasilitas gratis
seperti makanan ringan dan minuman, bagasi, dan kursi yang lebih
longgar. Saat ini Malindo Air baru melayani sejumlah rute domestik di
Malaysia.
Tony Fernandes nafi AirAsia berdepan masalah
Cerenna Manickam | Kemas kini: Mei 14, 2013
KUALA LUMPUR: Ketua Pegawai Eksekutif Kumpulan AirAsia,
Tan Sri Tony Fernandes menafikan laporan bahawa syarikat itu sedang
berdepan beberapa masalah berhubung penubuhan syarikat penerbangan
tambah murah baru, AirAsia India.
Tony berkata, ketika ini proses permohonan untuk mendapatkan kelulusan daripada pihak berkuasa di India berjalan lancar.
Tony berkata, ketika ini proses permohonan untuk mendapatkan kelulusan daripada pihak berkuasa di India berjalan lancar.
Read more at: http://www.astroawani.com/news/show/tony-fernandes-nafi-airasia-berdepan-masalah-14140?cp
Read more at: http://www.astroawani.com/news/show/tony-fernandes-nafi-airasia-berdepan-masalah-14140?cp
http://www.astroawani.com/news/show/tony-fernandes-nafi-airasia-berdepan-masalah-14140
Tak Peduli Harga Minyak, Tiket Air Asia Tetap Murah
Oleh Siska Amelie F Deil, Fiki Ariyanti
Posted: 08/10/2013 12:44
Dia mengaku tetap berpegang teguh pada visinya untuk membuat lebih banyak orang bisa di Asia bisa bepergian menggunakan pesawat. Hal ini rupanya sejalan dengan salah satu tema APEC tahun ini yaitu meningkatkan konektivitas antar negara di kawasan Asia Pasifik.
Fernandez juga menjelaskan, meskipun harga minyak terus melambung, dia akan tetap mempertahankan status Air Asia sebagai maskapai penerbangan murah.
Sementara misinya di Indonesia adalah mengenalkan lebih banyak tempat di dalam negeri ke dunia internasional. Dia saat ini tengah berupaya membuka penerbangan dari dan ke Lombok seperti yang pernah dilakukannya di Bandung.
Bos AirAsia ini juga mengaku sangat senang tinggal di Indonesia. Tetapi bicara soal macet, dia lebih memilih jalan kaki di Jakarta. Lalu apa rencana Fernandez untuk Indonesia dan bagaimana dirinya memandang ekonomi global bagi bisnis Air Asia?
Berikut petikan wawancara dengan orang nomor 1 di Air Asia tersebut seperti ditulis Liputan6.com, Selasa (8/10/2013):
Bagaimana rencana IPO di Indonesia?
Bisnis kami sangat bagus di Indonesia jadi kami tidak akan mulai IPO sekarang, karena kami jualan terlalu murah. Mungkin kami akan menunggu 2 atau tiga kuartal dulu. Mungkin kami akan mengumumkan IPO pada kuartal 2 tahun depan.
Harga minyak naik turun tidak pasti, ada rencana naikan harga tiket?
Kami selalu bicara volume. Sekarang kami ingin menurunkan harga tiket lagi. Kami ingin lebih banyak orang bisa terbang (bepergian dengan pesawat). Harga minyak bisa tinggi sampai US$ 150, US$ 130, sekarang Us$ 120. Tapi tidak apa-apa.
(Bisnis Air Asia) masih baik-baik saja. Nanti juga bisa turun lagi. Kalau tidak ya kami tingkatkan pendapatan. Kami tumbuh dengan sangat baik.
Kami punya tahun yang bagus di indonesia dan terus berkembang. Saat ini kami punya sepuluh pesawat di Asia, dan kami akan tambah delapan unit lagi. Kami punya pengenalan yang bagus ke bisnis domestik. jadi kami merasa sangat senang.
Bagaimana Air Asia menghadapi ketidakpastian ekonomi global?
Saya tak khawatir tentang itu. Saya hidup 11 tahun di tengah ketidakpastian, mulai dari revolusi, sachcs, tsunami, tidak apa-apa. Orang masih banyak yang tetap ingin terbang, selama kita memberikan produk yang bernilai bagus. Kami (Air Asia) tak merasa khawatir tentang (global) ekonomi.
Pendapat Anda soal Shutdown di AS?
Ya mungkin akan lebih banya orang Amerika yang liburan ke Asia. Saya tidak terlalu mengkhawatirkannya, nanti akan ada resolusi. Kebijakan yang baik selalu lahir dari krisis. Saya rasa konvensi seperti ini (APEC), pemerintah dapat lebih memprioritaskan masyarakatnya.
Saya juga berharap penduduk Asia bisa terintergrasi dengan lebih baik. Sebelumnya, saya juga melakukan pertemuan yang luar biasa dengan Perdana Menteri Thailand.
Ini bukan soal negara mana yang lebih baik, tapi kita bicara soal bagaimana orang Asia bisa saling percaya dan berhenti melihat negara mana yang lebih untung. Indonesia, malaysia, Singapura bisa saling menguntungkan.
Saya harap pertemuan Asia selanjutnya setelah APEC memberikan hasi yang menggembirakan soal Asia terutama soal integrasi. Saya rasa Asia harus saling menyelamatkan.
Di akhir pertemuan ini, ada hasil-hasil yang baik untuk negara-negara Asia sehingga kita tidak perlu lagi khawatir soal shutdown Amerika.
Tapi sudah seminggu?
Kalau kita bergabung bersama sebagai Asia, kita punya 600 juta penduduk dan kita tidak akan terlalu khawatir soal itu (shutdown AS). Sekarang banyak banget uang yang keluar dari Asia, dari India dan Indonesia, rupiah tertekan.
Tetapi kalau negara-negara Asia bekerja sama dengan lebih baik maka kita akan punya lebih banyak modal berputar di kawasan Asia. Dengan begitu, kita tidak akan terlalu mengkhawatirkan global ekonomi.
Rencana Besar Anda untuk Air Asia hingga akhir tahun?
Memastikan Anda terus terbang. Ya bisnis Air Asia tetap tumbuh. Kita memili tahun yang bagus di Indonesia dan untuk Air Asia. Kita mau buka tujuan baru dan mengajak lebih banyak orang bisa terbang. Dan saya rasa lombok adalah salah satu rencana pribadi saya, yang sedang kami coba kembangkan. Sama seperti yang kami lakukan di Bandung.
Anda tahu, Bandung punya sejarah yang luar biasa dengan Air Asia. Tidak ada satu pun yang pernah terbang ke Bandung sebelum kami (Air Asia). Dan kita buka Bandung ke dunia. Kita bakal buka lebih banyak tempat untuk dilihat dunia, agar mereka tahu Indonesia bukan hanya soal Bali. Tetapi masih banyak (tempat) yang bisa dikunjungi di negeri yang luar biasa ini. Jadi kami akan melanjutkan petualangan tersebut.
Saya sedang beli rumah baru di Jakarta. Saya benar-benar senang tinggal di Jakarta. Satu-satunya hal yang tidak saya suka adalah lalu lintasnya (macet). Jadi saya lebih memilih jalan kemana-mana. Ya menyenangkan, dan langkah besar saya lainnya adalah beli apartemen yang lebih besar di kawasan Asia Pasifik. (Sis/Fik/Ndw)
http://apec.liputan6.com/read/714510/tak-peduli-harga-minyak-tiket-air-asia-tetap-murah
Pra-masa pengusahaan
Fernandez ialah seorang bangsa Goa bercampuran Portugis Melaka yang dilahirkan di Kuala Lumpur, Malaysia. Ibubapanya ialah Dr. Stephen Edward Fernandes (meninggal), dan Ena Dorothy Fernandes. Pada masa muda lagi, dia sentiasa mengikut ibunya, seorang peniaga, ke himpunan penebar dan konvensi Tupperware. Selepas mendapat ijazah universiti daripada London School of Economics pada tahun 1987, dia bekerja sebentar dengan Virgin Airlines sebagai juruaudit, dan seterusnya dari tahun 1987 sehingga tahun 1989, dia menjadi pengawal kewangan kepada Virgin Records, sebuah syarikat Richard Branson di London.Sewaktu kembali ke Malaysia pada umur 27, dia menjadi pengarah urusan yang termuda di Warner Music (Malaysia) Sdn Bhd. Selanjutnya dari tahun 1992 sehingga 2001, dia menjadi naib presiden Wilayah Asia Tenggara Selatan bagi Kumpulan Warner Music. Pada masa Time Warner Inc. bergabung dengan America Online, Fernandes meninggalkan syarikatnya bagi mengejarkan impiannya untuk menubuhkan sebuah syarikat penerbangan tambang rendah. Malangnya, permohonan lesennya ditolak oleh kerajaan Malaysia.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Tony_Fernandes
Semasa kecil beliau kerap kali mengikuti ibunya, seorang peniaga kecil kecilan, ke majlis majlis para peniaga tupperware. Dalam usia 13 tahun beliau melanjutkan persekolahan di England pada tahun 1977 dan seterusnya lulus di London School of Economics pada tahun 1987.
Beliau mulai alam perkerjaan di Virgin Atlantic sebagai auditor, kemudian sebagai kontroller kewangan di sebuah syarikat dimilik oleh Richard Branson, iaitu Virgin Record sehingga 1989.
Sekembalinya ke Malaysia beliau dilantik sebagai pengarah urusan Warner Music (Malaysia) Sdn Bhd. Sewaktu bertugas di syarikat ini beliau berjaya mencetus suatu ‘revolusi’ dalam muzik etnik, nasyid dan dangdut kedalam arus perdana muzik tanah air. Beliau berkhidmat dalam kumpulan ini dari 1992 sehingga 2001, akhir sekali memegang jawatan vice presiden kumpulan bagi kawasan Asia Tenggara.
http://dahalmi.wordpress.com/2012/08/15/tony-fernandes-dan-air-asia/
Semasa perusahaan AirAsia
Adalah melalui Datuk Pahamin A. Rajah, bekas Ketua Setiausaha Kementerian Perdagangan Dalam Negeri Dan Hal Ehwal Pengguna, Fernandes mendapat peluang bertemu dengan Dr. Mahathir pada Oktober, 2001. Semasa itu, AirAsia, sebuah anak syarikat yang ditubuhkan oleh DRB-Hicom, sebuah konglemerat kerajaan Malaysia, telah mengalami kesulitan disebabkan tanggungan hutang yang terlalu tinggi. Kerajaan telah mencuba menjualnya kepada pelabur-pelabur tanpa apa-apa kejayaan. Oleh sebab itu, Dr. Mahathir telah menasihati Fernandes supaya membeli syarikat penerbangannya yang sedia ada, baik daripada menubuhkannya sendiri. Seterusnya, Fernandes memajak rumah dan menggunakan keseluruhan wang simpanannya untuk membeli syarikat tersebut dengan harga seringgit. Syarikat AirAsia pada masa itu mempunyai dua buah kapal terbang Boeing yang berumur, dan hutang sebanyak RM40 juta.
Peristiwa pembelian itu pada masa selepas 11hb September, 2001, suatu tempoh masa yang paling teruk dalam sejarah perindustrian penerbangan perdagangan, menyebabkan orang ramai berpendapat bahawa Fernandes telah menjadi "gila" kerana tiada ramai orang pada masa itu yang berani lagi menaiki kapal terbang. Mereka juga meramalkan bahawa syarikat AirAsia akan menjadi muflis. Walaubagaimanapun, selepas setahun, AirAsia mampu menjelaskan keseluruhan hutangnya, dan tidak lagi mengalami kerugian. Penyusunan semula organisasi AirAsia dengan imej dan konsep yang baru membawa perubahan yang besar dan memperoleh keuntungan dalam tempoh masa yang pendek. Tawaran sahamnya (IPO) pada November 2004 menerima kelebihan permintaan sebanyak 130 peratus.
Fernandes berasa bahawa masa yang dipilihnya untuk membeli syarikat AirAsia adalah tepat. Semenjak 11hb September, 2001, sewa kapal terbang telah menurun 40 peratus. Tambahan lagi, ramai pekerja yang berpengalaman boleh didapati pada masa itu, disebabkan pemberhentian pekerja di perindustrian penerbangan. Fernandes juga percaya bahawa penumpang Malaysia akan menyambut tambang penerbangan rendah supaya mengurangkan masa dan kos, terutamanya, dalam keadaan ekonomi yang ketat. Oleh sebab itu, dia meniru sistem Ryanair (Ryanair yang juga meniru sistemnya itu daripada Southwest Airlines di Amerika Syarikat), sebuah syarikat penerbangan Ireland yang paling berjaya di dunia. Ferdandes membilang bahawa 50 peratus daripada pelanggan kapal terbang tambang rendah adalah penumpang kapal terbang kali pertama. Sebelum AirAsia bermula tambang penerbangan rendah, Ferdandes mengira bahawa cuma 6 peratus daripada penduduk Malaysia yang pernah menaikki kapal terbang.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Tony_Fernandes
Selepas Perusahaan AirAsia
Pencapaian Fernandes yang terbesar ialah pemulihan syarikat AirAsia sebagai sebuah syarikat penerbangan antarabangsa. Sebelum dia memasuki perindustrian ini, negara-negara di Wilayah Asia Tenggara Selatan tidak mempunyai sebarang persetujuan Langit Terbuka. Pada pertengahan tahun 2003, Fernandes telah meminta Dr Mahathir untuk mengemukakan cadangan persetujuan itu kepada negara Thailand, Indonesia dan Singapura. Atas permintaanya, dia mencapai kejayaaan dalam mendapat hak pendaratan, bukan sahaja untuk AirAsia, tetapi juga untuk syarikat-syarikat penerbangan tambang rendah yang lain.
Ferdandes juga berjaya merevolusikan perindustrian penerbangan serantau melalui penerbangan tambang rendah. Sekarang, terdapat beberapa syarikat penerbangan tambang rendah di wilayah ini, iaitu:
- Tiger Airways, sebuah syarikat Singapura yang dimiliki oleh Singapore Airlines;
- Penggabungan syarikat Valuair dari Singapura, dengan JetStar yang dimiliki oleh Qantas Airways dari Australia;
- Nok Air, sebuah syarikat Thailand; dan
- Lion Air, sebuah syarikat Indonesia.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Tony_Fernandes
No comments:
Post a Comment